Google Groups Untuk berlangganan 'lightbreakfast', silahkan masukkan alamat email Anda dan klik tombol 'Berlangganan' sekarang!
Email:
Browse Archives at groups.google.com

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sukses: Hak, Tanggungjawab

Teman-teman remaja yang saya tanya, "Setujukah sukses itu adalah hak kita?", jawabnya, "Setujuuuu!" sambil berteriak semangat a la peserta militan seminar motivasi. Wah, kalau sudah bicara "hak", serta merta emosi ini dipenuhi dengan kobaran api pembakar logika bahwa kalau kita tidak sukses, berarti telah terjadi perampasan hak. Sehingga orang didorong sedemikian rupa untuk mengejarnya! Kompleksnya persoalan sukses itu dipersempit ke dalam persoalan "hak" semata.

Padahal, nggak usah bicara hak, kita ini sebenarnya sudah diperlengkapi dengan perangkat (untuk) sukses ketika kita ini dilahirkan. Pencipta kita jauh lebih kreatif dari Mark Zuckerberg yang bikin facebook sedemikian suksesnya! Bayangkan, kalau facebook yang tak bernyawa itu saja bisa sedemikan sukses karena features-nya, lha kita ini kan manusia yang sedemikian rupa default feature-nya memang untuk berhasil. Seluruh organ dan "perangkat lunak" yang kita miliki tidak ada yang didesain agar kita gagal dalam hidup. Perkara ada beberapa fungsi yang kemudian ketahuan malfunction, itu bukan karena by purpose tetapi karena kegagalan fungsi semata.

Dengan demikian, alternatif pemahaman yang bisa disodorkan adalah bahwa kesusksesan itu sesungguhnya lebih merupakan sebuah pertanggungjawaban terhadap maksud dan tujuan Sang Pencipta --dalam menghadirkan kita di alam raya ini. Kalau kita memahaminya sukses sebagai tanggungjawab, dan kalau kita memang manusia yang bertanggungjawab, pastilah setiap pagi, ketika kita membuka kelopak mata untuk hari yang baru, kita sudah dengan sadar bahwa keberhasilan menjadi tema utama hari-hari kita.

Jadi kalau Andre Wongso memilih slogan "Success is my right!" injinkan saya menyarankan untuk mengganti menjadi "Success is my responsibility!".

Selamat pagi dan selamat bekerja!

Cemilan: Peradaban


KONTRASNYA PERADABAN: Sayang saya lupa siapa mengirim foto ini. Tetapi foto menarik ini saya simpan di hard-disk melalui save attacment email. Ketika melihatnya kembali, terlintas dalam benak: hmhh ... betapa peradaban ini berkembang luarbiasa. Foto di atas bertutur banyak. Peradaban batu versus kecanggihan tehnologi. Pertanyaan saya selanjutnya --dan juga mungkin pertanyaan Anda semua. Apakah kemajuan peradaban ini lalu otomatis membuat kita semakin beradab? Atau kah justru kemajuan peradaban - tehnologi membuat manusia semakin jauh dari peradabannya? n LAINNYA

Tulisan terbaru lightbreakfast juga bisa Anda dapatkan melalui layanan email langsung dengan cara subscribe melalui panel Google Group yang tersedia di bagian bawah halaman ini.
© 2006, 2007 Setya Rahadi. Lightbreakfast, adalah catatan perenungan pribadi dengan pesan-pesan singkat, universal dan konstruktif untuk teman minum kopi di pagi hari. Layaknya fast-food, silahkan menyantapnya di tempat atau mengunduh - take away isi blog ini sesuka Anda. Cantumkan sumber apabila Anda mengutip dan mengirimkan ke pihak lain. Kisah-kisah yang dituliskan dalam lighbreakfast diilhami oleh penggalan kisah nyata sehari-hari, dengan penyesuaian seperlunya. Kadang nama tempat atau nama orang ditulis apa adanya, tetapi dalam banyak hal, untuk kepentingan privacy, nama tempat atau nama orang tidak disebutkan secara gamblang. Nama samaran banyak dipakai demi enaknya cerita. Mohon maaf untuk kesamaan tokoh, tempat dan cerita yang mungkin terjadi.