Google Groups Untuk berlangganan 'lightbreakfast', silahkan masukkan alamat email Anda dan klik tombol 'Berlangganan' sekarang!
Email:
Browse Archives at groups.google.com

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Turun

"Kita hanya bisa naik atau bertahan di 'atas' kalau kita 'turun' ke bawah."

Dalam perjalanan menuju airport, sopir taksi yang saya tumpangi --dari group perusahaan taksi terbesar di Jakarta-- banyak bercerita mengenai kesulitan yang dialami oleh para sopir taksi, terutama setelah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). "Sepi Pak!" katanya. Nama besar taksi yang dikemudikannya tidak banyak membantu. Untuk mendapatkan komisi 15 ribu dari perolehan setoran 315 ribu sehari semakin hari semakin berat. Cerita ini konsisten dengan keluhan beberapa sopir taksi dari perusahaan yang sama yang saya ajak ngobrol.

Sopir taksi yang berumur sekitar 40 tahun itu kemudian di sepanjang perjalanan bercerita mengenai rasa hormatnya kepada kedua Direktur perusahaan di mana ia bekerja. Bukan karena kewibawaannya atau kemurahan hatinya, tetapi karena mereka benar-benar mendengarkan keluhan para sopir, ujung tombak perusahaan. Sejak kenaikan harga BBM, sopir banyak mengeluh mengenai kondisi penumpang yang sepi sementara laporan pendapatan juga menunjukkan trend perolehan yang menurun tajam. Maka dua direktur yang kebetulan kakak beradik itu berinisiatif untuk "turun" menyamar jadi sopir taksi. "Mereka benar-benar narik Pak!" kata sopir itu antusias. Selama satu hari penuh mereka merasakan sendiri serta mempelajari situasi penumpang yang memang sepi.
"Hasilnya apa Pak?" saya memotong ceritanya.
"Sekarang ada tunjangan kesepian, Pak!"
"Tunjangan Kesepian?"
"Iya, karena penumpang sepi, sekarang ada insentif khusus. Kalau kita mencapai 315 ribu setoran, kita mendapat ekstra komisi 10 ribu!" jelasnya.
"Oh ...!" saya manggut-manggut gel i mendengar istilah yang dipakai, tunjangan kesepian.

Saya jadi teringat akan dongeng masa kecil, sebuah cerita mengenai seorang raja bijaksanana yang mempunyai kebiasaan rutin --setiap minggu-- untuk menyamar menjadi rakyat biasa. Minggu ini ia menyamar menjadi pedagang di pasar, minggu berikutnya menjadi nelayan, dan seterusnya. Dengan kebiasaannya itu raja mendengar dan melihat secara langsung keadaan rakyatnya. Kebijakan yang diambil pun dinilai rakyat sangat tepat di sasaran, karena berdasarkan informasi yang akurat, berdasarkan pengalaman Raja secara langsung. Sang raja memerintah seumur hidup dan rakyat tidak mengetahui kalau sang Raja sering melakukan penyamaran. Baru ketika raja mangkat, rahasia itu terbongkar.

Saya menilai apa yang dilakukan oleh dua direktur perusahaan taksi tersebut bukanlah sekedar tindakan seremonial untuk merebut simpati para sopir. Apa yang mereka lakukan --turun ke bawah-- adalah hal yang mendasar yang harus dimiliki oleh setiap orang, apa pun posisi dan jabatannya. Bukankah di mana pun kita berada akan selalu ada "atas" dan selalu ada "bawah" ? Anda tidak bisa berdiri tegak, duduk tenang, berbaring dan bahkan meraih yang di "atas" tanpa bertumpu sesuatu di "bawah" bukan?

Selamat pagi, selamat bekerja n

Tulisan terbaru lightbreakfast juga bisa Anda dapatkan melalui layanan email langsung dengan cara subscribe melalui panel Google Group yang tersedia di bagian bawah halaman ini.
© 2006, 2007 Setya Rahadi. Lightbreakfast, adalah catatan perenungan pribadi dengan pesan-pesan singkat, universal dan konstruktif untuk teman minum kopi di pagi hari. Layaknya fast-food, silahkan menyantapnya di tempat atau mengunduh - take away isi blog ini sesuka Anda. Cantumkan sumber apabila Anda mengutip dan mengirimkan ke pihak lain. Kisah-kisah yang dituliskan dalam lighbreakfast diilhami oleh penggalan kisah nyata sehari-hari, dengan penyesuaian seperlunya. Kadang nama tempat atau nama orang ditulis apa adanya, tetapi dalam banyak hal, untuk kepentingan privacy, nama tempat atau nama orang tidak disebutkan secara gamblang. Nama samaran banyak dipakai demi enaknya cerita. Mohon maaf untuk kesamaan tokoh, tempat dan cerita yang mungkin terjadi.