Subuh pagi ini saya terbangun oleh suara kehebohan anak perempuan saya. Dia berjingkrak-jingkrak kegirangan setelah Italia berhasil mencetak 2 gol dramatis ke gawang "panser" Jerman hanya di dua menit terakhir perpanjangan waktu.
Sejak kejuaraan dunia sepakbola diselenggarakan, anak perempuan saya yang berusia 7 tahun ini, mendadak menjadi seorang "pengamat cilik" sepakbola. Dia selalu mengikuti ulasan pertandingan baik di televisi maupun di koran dan majalah, termasuk halaman khusus harian Kompas. Hal yang tidak pernah saya lakukan. Saya lebih sering menjadi pendengar yang baik ketika anak saya mulai membuat analisa-analisa kekuatan dan kelemahan tim yang dijagokannya di piala dunia. Ia begitu fasih dan hapal hampir semua nama serta background para pemain.
Saya memang tidak mempunyai minat khusus terhadap jenis olahraga satu ini, meskipun saya juga senang dan sering menonton pertandingan bola piala dunia di televisi. Secara emosional saya tidak larut dalam gegap gempita piala dunia seperti sebagian masyarakat di Bali yang bahkan sampai memasang bendera kesebelasan favorit masing-masing di rumahnya. Atau sengaja nongkrongin pertandingan yang disiarkan dini hari seperti yang dilakukan anak perempuan saya.
Dalam banyak hal, saya malah memikirkan hal lain ketika menonton sebuah pertandingan bola. Misalnya, saya pernah diprotes anak dan isteri saya ketika saya sambil bercanda berkomentar, "Aneh ya, bola bundar kecil begitu kok dikejar-kejar, kayak kurang kerjaan ... Mereka yang pada nonton di stadion, ngapain juga pada rela berjubel dan bayar mahal lagi!" Saya juga pernah berpikir betapa malangnya menjadi "manusia bola" --bukan manusia penggemar sepakbola maksudnya, tetapi seandanya bola itu manusia-- yang ditendang-tendang oleh para pemain. Ia pasti menjadi manusia pasif, tanpa prinsip, rela ditendang kesana-kemari dan bahkan menjadi bulan-bulanan selama hidupnya.
Oleh sebab itu, menjadi penggemar sepakbola sah-sah saja. Tetapi awas, jangan sampai Anda menjadi "manusia bola" yaitu manusia yang tak pernah punyai inisiatif di mana hanya bergerak kalau dilempar dan ditendang. Arah dan tujuannya pun selalu tergantung kemana para pemain yang menendanginya. Menggelinding kesana-kemari, menjadi bulan-bulanan, ditepuki dan disoraki. "Nasib" Anda bukan orang lain yang menentukan, tetapi Anda sendiri. "Control your destiny or somebody else will." kata Jack Welch.
Selamat pagi dan selamat bekerja n
© 2006, Setya Rahadi
http://www.lightbreakfast.com
http://www.lightbreakfast.blogspot.com