Seorang pegawai sebuah hypermarket menceritakan suka-dukanya sebagai customer services di perusahaan itu. Terutama bagaimana menghadapi para pelanggan. "Orang itu memang macam-macam!" katanya.
Memang. Kita barangkali tidak akan pernah menyangka atau berharap tetangga dan saudara kita berperilaku aneh-aneh dalam keseharian mereka, tetapi ketika mereka dihadapkan / ditantang soal kebutuhan hidup atau harga diri, maka saya yakin perilaku "mengejutkan" akan muncul. Bukankah karakter dasar seseorang akan mendorong perilaku yang berbeda ketika mereka sedang dalam pressure atau tersentuh ego-nya?
Seorang ibu misalnya, tiba-tiba meledak luar biasa marahnya ketika tahu barang yang ia beli tidak ada lagi di stock kecuali yang ada di display. "Nggak usah jualan kalau nggak ada barangnya!" katanya. Kenapa sih harus sampai marah sebegitu heboh? Atau, seorang ibu lainnya yang juga mencak-mencak gara-gara merasa dikubuli oleh kalimat promosi "BELI SATU DAPAT DUA" yang dipasang di koran, promotion catalog dan poster di sepanjang gerai. "#%$#* !! Lain kali tulis yang benar. Beli satu bonus satu! Kalau bilang beli satu dapat dua, ya harus dikasih tiga dong!" katanya sengit. Belum lagi pelanggan yang sangat super cermat terhadap perbedaan harga antara yang ditempel di display dengan yang tertera di struk pembelanjaan. Bahkan ada juga pembeli yang hobby-nya menukar-nukar barang yang sudah dibeli dengan alasan yang dicari-cari.
Orang bisa melakukan sesuatu yang "aneh-aneh" --paling tidak menurut norma umum yang berlaku-- lebih dikarenakan rasa kekawatiran dan ketakutannya sendiri. Sayangnya, ketakutan terhadap apa, kadang tidak sepenuhnya bisa dijelaskan. Untuk memberikan kenyamanan mereka mengkompensasinya dengan perwujudan perilaku mereka yang sebenarnya merupakan penipuan besar terhadap diri mereka sendiri. Mereka --karena kekuatiran dan ketakutannya-- tidak bisa bersikapapa adanya. Mereka membohongi diri sendiri dengan berbagai macam bentuk perilakunya.
Kita semua sedang mengalami penjajahan terbesar dalam hidup. Hanya roh kebenaran yang dapat membebaskan kita. Seperti pasukan perdamaian PBB, undang roh kebenaran itu masuk ke dalam hati kita, dan biarkan ia bekerja. Maka kita akan menjadi manusia merdeka.
Dirgahayu Indonesia. Merdeka! n