Google Groups Untuk berlangganan 'lightbreakfast', silahkan masukkan alamat email Anda dan klik tombol 'Berlangganan' sekarang!
Email:
Browse Archives at groups.google.com

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tanggungjawab (1)

"Ada banyak kemungkinan hasil dari apa kerjakan. Satu hal yang pasti adalah tanggungjawab!"

Dalam sebuah wawancara di koran, seorang sosiolog sekaligus rohaniawan mengingatkan bahwa kemerosotan akan nilai-nilai luhur keluarga makin terasa, manusia cenderung men gejar materi dan status-status semu, sementara kehidupan keluarga menjadi prioritas yang nomor ke sekian. Tak heran, banyak keluarga (dalam semua strata ekonomi) yang berantakan. Bahkan berita yang meramaikan media massa dalam beberapa minggu ini adalah kabar mengenai penganiayaan anak. Ada yang karena kesulitan ekonomi seorang ibu tega membakar hidup-hidup kedua anaknya! Belum lagi berita-berita lain mengenai keluarga, seperti perceraian yang dilansir oleh para public-figure.

Perkawinan barangkali hanya dianggap sebagai siklus wajar manusia, mungkin juga hanya dianggap sebagai permainan, atau justru komoditas politik atau sebuah panggung dunia entertainment. Perkawinan malah bisa terjadi hanya sekedar untuk menyelamatkan muka para pihak. Perkawinan dan hidup berkeluar ga menjadi kehilangan roh-nya di tengah-tengah masyarakat moderen, padahal sebuah perkawinan hakekatnya adalah sebuah tanggungjawab yang luar biasa besar. Kualitas generasi manusia mendatang sangat tergantung kepada kita semua.

Bagaimana kita bisa menjaga kualitas anak-cucu kita, kalau kita sendiri menjadikan perkawinan dan kehidupan keluarga sekedar basa-basi kehidupan? Bagaimana mereka bisa menjadi orangtua yang baik sedangkan kita sendiri tidak menberikan contoh menjadi orangtua yang baik? Bagaimana mereka akan menjadi generasi yang tangguh kalau kita tidak menyediakan secara cermat gizi yang mereka butuhkan? Bagaimana mereka bisa memikirkan kehidupan lebih maju kalau kita tidak memberikan bekal pendidikan yang cukup? Bagaimana juga mengharapkan mereka mempunyai penghayatan akan iman mereka kalau kita sendiri tidak juga memberi kan contoh? Kualitas umat manusia akan mengalami degradasi massal!

Perkawinan dan membina sebuah berkeluarga sesungguhnya tidak lah mudah. Seperti setiap kata-kata dan tindakan yang kita lakukan selalu menuntut tanggungjawab, demikian juga hidup berkeluarga! Ia bukan sekedar bagian siklus kehidupan manusia atau kesenangan belaka. Hidup berkeluarga adalah sebuah tanggungjawab.

Maka di hari kejepit nasional hari ini, ketika memang Anda mengambil cuti, pergunakanlah waktu Anda bersama keluarga. Tidak otomatis cuti satu hari Anda ini akan membuktikan tanggungjawab Anda, tetapi setidaknya Anda akan memiliki kesadaran bahwa keluarga adalah ba gian tanggungjawab terbesar dalam hidup.

Selamat pagi dan selamat bekerja (bagi yang bekerja) dan selamat berkumpul bersama keluarga (bagi yang cuti) n

Investasi

"Bila Anda membutuhkan investasi yang paling aman, jangan berpikir untuk melakukannya di sektor properti, saham, atau pasar uang. Berinvestasilah di sektor perorangan, cukup dengan hubungan baik!"

Ada cerita menarik tentang seorang pedagang mie baso di sebuah kantin Sekolah Menengah Umum (SMU). Umurnya, 40 -an, berkeluarga dengan 2 anak.

Setelah tak berjumpa sekian tahun, seorang alumnus berkesempatan untuk mengunjunginya di kantin sekolah yang ternyata tidak banyak berubah. Ia menyempatkan diri mampir ke kantin karena mempunyai kenangan khusus kepada Pak Atmo, pedagang mie baso itu. Betapa ia sangat sabar dan penuh semangat melayani anak-anak SMU yang notabene bandel-bandel itu. Sekitar satu jam alumnus itu ngobrol kesana kemari dan bernostalgia.

"Yah, Bapak mah sudah hapal dengan tingkah kalian!" katanya ketika percakapan sampai ke suka-duka menghadapi anak-anak yang bandel, "Ambil baso 5 bilangnya 3 sering terjadi, yang nggak bayar juga banyak ... tapi ya syukur alhamdulilah, saya ng gak pernah tekor, bisa tetap ngebul dapur Bapak!"

Memang, jaman sang alumnus itu sekolah di situ, Pak Atmo ini terkenal sangat baik, sabar, sehingga banyak anak-anak yang justru memanfaatkannya. Ketika ditanya kenapa nggak takut rugi, "Mereka itu kan seperti anak-anak saya ... Kalau lapar yang silahkan makan, ndak apa-apa. Nggak tega saya."
"Lho tapi ada yang ngemplang!"
"Bapak percaya mereka bohong atau nggak bayar bukan karena kehendaknya sendiri, lebih karena keadaan. Kalau Bapak marah-marah, mereka malah nggak ke sini lagi, Bapak nggak bisa nasehatin mereka. Kalau soal rejeki Bapak mah udah ada yang atur!" katanya bijak, sambil tetap memancarkan sinar mata penuh semangat.
"Buktinya, anak-anak saya pada bisa lulus perguruan tinggi juga karena bekas murid di sini yang dulu suka ngemplang."
"Oh ya?"
"Mereka dibiayai oleh Raymond ... Ia sukses sekarang dan katanya berterimakasih untuk nasehat-nasehat yang Bapak berikan dulu. Begitulah, saya memang berprinsip sebisa mungkin baik terhadap semua orang."

Dalam perjalanan pulang, alumnus itu merenungkan kembali kisah Pak Atmo. Pedagang mie baso yang bisa mengantarkan kedua anaknya lulus perguruan tinggi. Bukan karena usaha mie basonya, tetapi karena kebaikan dan hubungan baik yang ia pelihara, bahkan dengan mereka yang suka menjahilinya. Sebuah "investasi" konsiten yang telah menghasilkan buah luar biasa! Maka, investasikanlah hubungan baik Anda mulai hari ini ...

Selamat pagi dan selamat bekerja n

Uang

"Uang menjadi alat pembayaran yang sah, kecuali untuk membeli kekuasaan dan cinta."

Di daerah Bintaro, Jakarta Selatan, ada warung pisang goreng yang larisnya luar biasa. Antrian pembeli selalu lebih dari 10 orang, melebihi antrian Burger Blenger yang terkenal itu. Bahkan konon ada joki ngetem yang bisa membantu And a antri kalau nggak mau capek. Tentu Anda harus merogoh kantong untuk bisa mendapatkan jasa joki itu. Mirip joki three-in-one lah!

Uang, aslinya digunakan sebagai alat pembayaran sah di sebuah negara --sebagai pengembangan sistem barter; belakangan uang justru lebih banyak fungsi spleteran-nya. Uang bisa menjadi "obat manjur" dalam memecahkan persoalan-persoalan kecil (dan besar) di sekitar kita. Mulai dari jasa joki three-in-one, "salam damai" bila Anda terpaksa kena tilang, sampai uang sogok buat memenangkan proyek besar.

Meskipun uang tidak akan kehilangan keabsahannya bila digunakan untuk membayar joki atau menyogok pejabat, tetapi secara moral je las bukan menjadi menjadi alat pembayaran yang sah!

Bayangkan seandainya Carrefour menjual apa yang kita sebut "kekuasaan" atau "cinta" dan uang yang kita pegang menjadi alat pembayaran yang sah! Orang akan berlomba-lomba belanja dan dunia ini akan semakin dikuasai oleh mereka yang mempunyai kantung tebal! Yang kaya akan semakin kaya, yang miskin akan semakin miskin. Hanya hati nurani dan gerakan moral kita yang bisa menghentikannya. Menggunakan uang sebagaimana hanya fungsi dasarnya adalah salah satu yang bisa kita kerjakan.

Selamat pagi dan selamat bekerja n

Harta

"Harta benda yang Anda miliki memberikan sebagian besar kesenangan selama hidup, tetapi ia tidak bisa menguburkan Anda ketika meninggal."

Seorang Ketua Rukun Tetangga (RT) mengeluh kepada sesama Ketua RT dari kompleks perumahan lain yang mayoritas penduduknya bukan dari strata ekonomi yang mapan. "Heran, warga di RT sampeyan kok kompak banget!"
"Masa?"
"Bandingkan saja! lingkungan RT sampeyan kan bersih, teratur, dan hubungan antar tetangga kelihatan akrab," lanjutnya.
"Memang, biasanya lingkungan perumahan dengan strata ekonomi baik, warganya malah cuek! Mereka mengandalkan uang untuk hal-hal yang berkaitan dengan kebersihan, keamanan dan ketertiban lingkungan. Tapi kalau giliran dimintai iuran untuk pemeliharaan jalan misalnya, mereka saling lempar, lho rumah saya lebih kecil dibanding sebelah, kenapa iuran perbaikan jalan sama?!"
"Hmm memang benar Pak ..."

Seorang punulis buku, Chie Nakane, yang menuliskan sejarah modernisasi Jepang dalam satu kalimatnya menuliskan kalimat menarik, "Orang bisa hidup tanpa s anak saudara, tetapi tidak bisa tanpa tetangga." Kalimat ini (meskipun didramatisir), memberikan pesan tersirat yang sangat kuat mengenai kebutuhan sosial masyarakat moderen yang semakin merosot. Percakapan dua Ketua RT yang pernah saya dengar di atas membuktikan hal itu bahwa manusia moderen dan materialistik akan semakin individualistik.

Bagaimana pun berlimpahnya Anda dengan harta kekayaan, atau betapa pun mandiri Anda saat ini, ingat pada saatnya nanti Anda tetap akan membutuhkan orang lain! Sama seperti masa balita kita, ketika usia kita semakin bertambah nanti, bantuan orang lain serta social support akan semakin kita butuhkan. Oleh sebab itu jangan mengandalkan harta kekayaan.

Selamat pagi dan selamat bekerja n

Siap

"Kita tidak bisa merencanakan bagaimana kita lahir atau menjalani masa balita. Yang kita bisa rencanakan adalah bagaimana kita menjalani masa tua kita."

Sebuah angket kecil-kecilan diedarkan kepada responden dengan beberapa kategori usia. Singkat pertanyaanya, "Apakah Anda bersedia tinggal di Panti Jompo pada masa tua Anda nanti? Jelaskan alasan Anda!"
Sudah bisa diduga, responden terbanyak menjawab "Tidak Bersedia." Kenapa? alasanya bermacam-macam, tetapi umumnya mengatakan ingin dekat dengan anak-cucu atau keluarga. Hanya satu yang tegas mengatakan "Bersedia", karena responden ini tidak mau merepotkan anak-anak di masa tuanya nanti.

Masa tua selama ini dianggap sebagai sesuatu yang "berat" baik bagi pelakunya sendiri maupun bagi orang lain. Berat karena masa tua identik dengan masa yang rapuh, lemah dan memberatkan orang lain. Jujur, kebanyakan dari kita mungkin belum siap menghadapi masa tua kita --bahkan sekedar untuk berpikir bagaimana kita akan menjalani hidup di masa tua nanti pun saya yakin kita belum pernah memikirkannya secara serius. Kita mungkin juga tidak akan terpikir kalau sampai kita harus menjadi beban anak-anak karena keadaan kesehatan kita di masa tua.

Ketika kita membuka hari yang baru pagi hari ini, kita diingatkan kembali bahwa sesungguhnya kita bisa mempersiapkan masa tua kita. Karena bagaimana kita menjalani masa tua kita nanti adalah sejauh mana kita mempersiapkannya mulai dari sekarang. Apa yang sudah Anda lakukan sejauh ini?

Selamat pagi dan selamat bekerja n

Pilihan

"I never Knew I had a Choice" - Judul buku karya Gerald Corey, 1978.

Sepasang murid SMU yang sedang pacaran bercakap-cakap santai. "Hidup ini penuh dengan pilihan-pilihan, setuju nggak kamu?" tanya si perempuan.
"Setuju."
"Kalau begitu kamu boleh meniduriku sekarang, kalau mau!"
"Hmm ...." belum selesai si pria merespon, si perempuan melanjutkan, "Kamu juga bebas tidak meniduriku, kalau memang perasaanmu tidak enak."
"Hmm ... ya tentu aku ..."
"Kalau kamu memilih meniduriku sekarang, berarti kamu memang pria hidung belang. Kita sudahi saja hubungan kita!" si perempuan menyela si pria. "Kalau kamu memilih tidak meniduriku, aku meragukan kelaki-lakianmu, dan aku mempertimbangkan mencari pria lain!"
Si pria bingung, "Lho, jadi pilihanku yang mana?"

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita dihadapkan pada persoalan pelik sehingga kita sulit untuk memutuskan suatu pilihan. Kata-kata yang sering terlontar untuk situasi ini adalah, "Apa boleh buat, tidak ada pilihan!" atau "Saya nggak punya pilihan lain."

Sesungguhnya, hidup ini penuh dengan pilihan-pilihan, seperti kata perempuan dalam ilustrasi di atas. Hanya, karena kita terikat oleh situasi dan kondisi tertentu, atau kita takut menanggung akibat dari keputusan yang kita ambil, seolah-olah kita menjadi tidak mempunyai pilihan. Bukankah ketika kita memutuskan tidak memilih pun, kita juga sudah mengambil sebuah pilihan?

Dalam situasi dilematis, selalu cobalah keluar dari frame situasi dan kondisi yang membelenggu kita, pasti kita akan melihat banyak pilihan. I had never knew I had a Choice, judul buku karya Gerald Corey ini mengingatkan bahwa bukannya kita tidak mempunyai pilihan, tetapi yang terjadi adalah kita tidak tahu bahwa sebenarnya selalu ada banyak pilihan. Kita dibutakan oleh ketakutan kita serta persoalan yang kita hadapi. Apakah Anda selalu merasa tidak mempunyai pillihan?

Selamat pagi dan selamat bekerja n

Pilihan

"I never Knew I had a Choice" - Judul buku karya Gerald Corey, 1978.

Sepasang murid SMU yang sedang pacaran bercakap-cakap santai. "Hidup ini penuh dengan pilihan-pilihan, setuju nggak kamu?" tanya si perempuan.
"Setuju."
"Kalau begitu kamu boleh meniduriku sekarang, kalau mau!"
"Hmm ...." belum selesai si pria merespon, si perempuan melanjutkan, "Kamu juga bebas tidak meniduriku, kalau memang perasaanmu tidak enak."
"Hmm ... ya tentu aku ..."
"Kalau kamu memilih meniduriku sekarang, berarti kamu memang pria hidung belang. Kita sudahi saja hubungan kita!" si perempuan menyela si pria. "Kalau kamu memilih tidak meniduriku, aku meragukan kelaki-lakianmu, dan aku mempertimbangkan mencari pria lain!"
Si pria bingung, "Lho, jadi pilihanku yang mana?"

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita dihadapkan pada persoalan pelik sehingga kita sulit untuk memutuskan suatu pilihan. Kata-kata yang sering terlontar untuk situasi ini adalah, "Apa boleh buat, tidak ada pilihan!" atau "Saya nggak punya pilihan lain."

Sesungguhnya, hidup ini penuh dengan pilihan-pilihan, seperti kata perempuan dalam ilustrasi di atas. Hanya, karena kita terikat oleh situasi dan kondisi tertentu, atau kita takut menanggung akibat dari keputusan yang kita ambil, seolah-olah kita menjadi tidak mempunyai pilihan. Bukankah ketika kita memutuskan tidak memilih pun, kita juga sudah mengambil sebuah pilihan?

Dalam situasi dilematis, selalu cobalah keluar dari frame situasi dan kondisi yang membelenggu kita, pasti kita akan melihat banyak pilihan. I had never knew I had a Choice, judul buku karya Gerald Corey ini mengingatkan bahwa bukannya kita tidak mempunyai pilihan, tetapi yang terjadi adalah kita tidak tahu bahwa sebenarnya selalu ada banyak pilihan. Kita dibutakan oleh ketakutan kita serta persoalan yang kita hadapi. Apakah Anda selalu merasa tidak mempunyai pillihan?

Selamat pagi dan selamat bekerja n

Superman

"Bermimpi menjadi superman tidak dilarang, menjadi superman beneran juga boleh-boleh saja. Yang perlu dikhawatirkan adalah kalau Anda merasa diri menjadi superman."

Seorang juara dunia tinju kelas berat sedang dalam penerbangan internasional bersama dengan timnya. Paramugari menegur dengan sopan karena ia ketahuan tidak mengenakan sabuk keselamatan ketika cuaca buruk. Beberapakali ia ditegur dengan ramah, tetapi sang juara dunia itu tetap tak bergeming. Terakhir ditegur, sang petinju tersinggung dan dengan nada arogan ia membalas, "Hey, you know, Superman tidak memerlukan sabuk keselamatan, tau!". Si Pramugari lalu dengan sopan serta professional mejawab, "I see Sir, do you think that Superman juga perlu naik pesawat? You can go out and fly anyway ..."

Banyak orang senang disebut sebagai "superman", manusia super, manusia hebat. Itu sebabnya banyak perlombaan diadakan dan diciptakan untuk sekedar memberikan label "hebat" kepada seseorang. Di lingkungan kantor pun program rewards/awards sengaja diciptakan yang konon untuk merangsang produktifitas.

Namun demikian, kalau Anda sudah mulai senang dan menikmati predikat "super" yang diberikan oleh entah bos, rekan kerja, teman, atau anak buah, apalagi kalau merasa diri hebat, hati-hati! Pertama, sadarlah bahwa apa pun yang Anda capai, tidak pernah murni karena kehebatan sendiri. Kedua, pengakuan akan kehebatan Anda bukan dari perasaan anda sendiri, juga bukan dari lontaran kata-kata dan tulisan, tetapi dari sesuatu yang dihasilkan dan dirasakan oleh orang lain.

Nah, semoga kita tidak hanya bisa merasa hebat, tetapi sungguh-sunggh buah pekerjaan kita memang bisa dirasakan manfaatnya oleh orang lain. Apabila itu terjadi, Anda tidak usah repot-repot mencari pengakuan.

Selamat pagi dan selamat bekerja n

Penjual

"Beda antara penjual dan pembual terletak pada satu karakter sentralnya."

Makna kata "penjual" dan "pembual" hanya dibedakan antara lain oleh huruf yang berada di tengah, yaitu huruf "j" dalam kata "penjual" dan huruf "b" dalam kata "pembual".

Ini bukannya tanpa arti, karena seandinya kita berpikir bahwa kedua kata itu menyebut sebuah predikat "profesi", maka kedua "profesi" itu mempunyai makna yang sangat kontras. Dan perbedaan itu ditandai oleh "character" yang kebetulan berada di tengah yang merupakan simbol dari sentral karakter penyandangnya.

Karakter sentral pembual adalah "b" yang boleh jadi merupakan singkatan dari "bohong", tukang bohong. Sedangkan karakter sentral penjual adalah "j" yang bisa kita artikan sebagai karakter yang "jujur".

Kalau Anda mempunyai profesi sebagai seorang penjual, salesman, seberapa jauh karakter sentral Anda yang konon bersifat "jujur" ini menjadi penuntun langkah sehari-hari? Percayalah, penjual yang tidak jujur dan kepleset menjadi pembual tidak akan pernah bertahan lama, karena kepercayaan dari pelanggan akan lenyap manakala mereka tahu Anda sesunggunya bukan penjual yang profesional, melainkan pembual.

Temukan karakter sentral Anda hari ini. Selamat bekerja n

Cukup

"For the love of money is a root of all evils - akar dari semua kejahatan adalah cinta uang." - Timothy Book

Kapan Anda terakhir mengucapkan kata "cukup"? Kemarin, seminggu lalu, sebulan, atau sometimes di tahun yang sudah kita lewati?

Jujur, kita lebih gampang untuk mengatakan cukup, manakala sesuatu terjadi tidak sesuai dengan keinginan kita atau kita tidak confortable untuk menjalaninya. L ihatlah di sinetron-sinetron, adegan kekerasan dan penyiksaaan biasanya dilengkapi dengan teriakan "Cukuup! cukup!" dari si korban. Atau Anda tidak suka dengan polah anak yang keterlaluan, Anda akan menghardik dengan kata-kata, "Cukup Aldo!" dan seterusnya.

Jarang kita mengatakan cukup, kalau sesuatu yang enak sedang berlangsung. Paling-paling Anda akan bilang, "Cukup," bila ditawarkan tambahan minuman atau makanan dan Anda merasa sudah kenyang. Kata cukup yang Anda katakan pun sebagai bentuk reaksi dan antisipasi akan ketidaknyamanan yang mungkin terjadi, yaitu kekenyangan.

Kutipan hari ini mengingatkan bahwa manusia tidak pernah merasa cukup dengan uang. Kecepatan keinginan dan kebutuhan melampaui kecepatan kemampuan dan pendapatan kita, sehingga kita tid ak pernah merasa cukup. Padahal rasa tidak cukup akan membawa kita kepada orientasi prioritas dan passion kita terhadap sesuatu yang dapat menaikkan daya beli yaitu uang. Padahal lagi, "cinta uang" merupakan akar segala kejahatan.

Kapan Anda merasa cukup? Selamat bekerja n

Tulisan terbaru lightbreakfast juga bisa Anda dapatkan melalui layanan email langsung dengan cara subscribe melalui panel Google Group yang tersedia di bagian bawah halaman ini.
© 2006, 2007 Setya Rahadi. Lightbreakfast, adalah catatan perenungan pribadi dengan pesan-pesan singkat, universal dan konstruktif untuk teman minum kopi di pagi hari. Layaknya fast-food, silahkan menyantapnya di tempat atau mengunduh - take away isi blog ini sesuka Anda. Cantumkan sumber apabila Anda mengutip dan mengirimkan ke pihak lain. Kisah-kisah yang dituliskan dalam lighbreakfast diilhami oleh penggalan kisah nyata sehari-hari, dengan penyesuaian seperlunya. Kadang nama tempat atau nama orang ditulis apa adanya, tetapi dalam banyak hal, untuk kepentingan privacy, nama tempat atau nama orang tidak disebutkan secara gamblang. Nama samaran banyak dipakai demi enaknya cerita. Mohon maaf untuk kesamaan tokoh, tempat dan cerita yang mungkin terjadi.