Google Groups Untuk berlangganan 'lightbreakfast', silahkan masukkan alamat email Anda dan klik tombol 'Berlangganan' sekarang!
Email:
Browse Archives at groups.google.com

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tips

"Kebanyakan orang memberikan tips sebagai apresiasi terhadap pelayanan yang telah dilakukan seseorang, tetapi sebagian orang menjadikannya sebagai alat kekuasaan."

Dalam perjalanan pulang dari San Jose, California saya harus transit beberapa jam di Los Angeles. Saya putuskan untuk mengisi waktu dengan mengikuti satu program city tour yang banyak ditawarkan operator wisata di sana. Lumayan mahal karena saya harus membayar lima puluh delapan dollar hanya untuk tur selama beberapa jam.

Pemandu wisata yang sekaligus pengemudi van yang membawa kami keliling terlihat sangat professional. Pria negro yang mengaku bekerja hanya beberapa jam seminggu itu adalah pensiunan polisi. Tak heran kalau ia hapal benar dengan seluk beluk kota LA, termasuk daerah-daerah rawan. Sejak kami berangkat ia tak pernah berhenti bicara. Dengan gayanya yang kocak kami dibawa keliling dari Marina del Ray pelabuhan terbesar pehobi kapal boat, Hollywood, Beverly Hills sampai Farmers Market.

Ada sesuatu yang menarik perhatian saya dari Mike --demikian panggilan pemandu wisata itu-- karena berulangkali ia menyebut-nyebut soal tips. Ini dilakukannya di sela-sela obrolan santainya mengenai kota LA. "Seperti yang kalian baca di atas ini," katanya sambil terkekeh dan menunjuk sticker berukuran 10 x 20 cm yang tertempel di atas kaca depan van itu, "Fifteen percent grattitude is appreciated ... Kalian adalah tamu saya, dan saya memberikan yang terbaik for this great city tour!" tambahnya tanpa tedeng aling-aling. Saya memang pernah mendengar soal "keharusan" memberikan tips di Amerika Serikat, tetapi saya tidak pernah menyangka bahwa mereka begitu terbuka dan terus terang membicarakannya.

Ketika tur selesai, satu per satu penumpang turun. Sambil mengucapkan terimakasih, mereka masing-masing memberikan tips kepada Mike. Tetapi di antara penumpang yang turun sebelum saya, terlihat sepasang suami isteri Asia berusia sekitar lima puluhan tahun tidak memberikan apa pun ke Mike, selain ucapan "Thank you!" dengan pronounciation yang cadel. Tanpa saya duga, Mike --tetap dengan gayanya yang khas-- memanggil kedua suami-isteri itu. "Hey, do you guys enjoy my tour? Are you happy?" tanya Mike. Tetapi suami isteri itu saya lihat hanya tersenyum "Something wrong with me ... or ... okay tidak apa-apa, have a good trip!" sambungnya sambil melambaikan tangan tanda good bye ketika melihat reaksi kedua suami-isteri itu cuma tersenyum-senyum di pintu.

Mungkinkah suami-isteri itu tidak memahami bahasa Inggris? Apakah mereka juga tidak bisa membaca tulisan yang ditunjuk Mike yang jelas-jelas menganjurkan peserta tour untuk memberikan tips? Apakah mereka tidak terbiasa memberikan tips? Dari negara manakah mereka? Mungkinkah mereka manusia super pelit? Ataukah mereka tidak mempunyai dollar lagi di kantongnya? Banyak pertanyaan muncul di benak, ketika saya turun. Dan pengalaman itu terbawa ketika saya sudah di atas pesawat.

"Lain lubuk, memang lain ikannya." kata saya dalam hati. Kalau di Amerika soal tips sedemikan terus-terang, di Indonesia sosoknya malah antara ada dan tiada. Ia justru menjadi momok bagi sementara orang, tetapi menjadi senjata paling efektif bagi orang-orang berduit yang malas. Tidak percaya? Kendarailah Mercedes atau BMW, dan masuklah ke pelataran parkir Mal "Anu" di Jakarta (sengaja tidak saya sebutkan terus terang), kedipkan lampu dua kali, maka petugas parkir akan memberikan ruang parkir terdekat. Tentu Anda harus mengeluarkan lembar lima ribuan sebagai tips untuk ini. Tetapi cobalah Anda masuk dengan kendaraan yang "biasa". Sepuluh kali Anda mengedipkan lampu, tak akan digubris petugas parkir.
Tipis sekali memang perbedaan antara tips sebagai alat apresiasi dan tips sebagai alat kekuasaan. Kalau di Amerika orang memang terbiasa memberikan tips sebagai tanda penghargaan, di Indonesia tips adalah alat kekuasaan. Itu sebabnya, Mal Pondok Indah di Jakarta Selatan perlu memasang tanda "DILARANG MEMBERIKAN TIPS" di area tempat parkirnya. Mereka khawatir service level petugas parkir menjadi korban kekuasaan dan "terbeli" oleh kaum berduit.

Sebenarnya tidak salah Anda memberikan tips, tetapi Anda harus yakin, dengan maksud apa Anda memberikannya. Karena itulah yang membedakan tips Anda layak diberikan atau tidak.
Selamat pagi dan selamat bekerja n

Tulisan terbaru lightbreakfast juga bisa Anda dapatkan melalui layanan email langsung dengan cara subscribe melalui panel Google Group yang tersedia di bagian bawah halaman ini.
© 2006, 2007 Setya Rahadi. Lightbreakfast, adalah catatan perenungan pribadi dengan pesan-pesan singkat, universal dan konstruktif untuk teman minum kopi di pagi hari. Layaknya fast-food, silahkan menyantapnya di tempat atau mengunduh - take away isi blog ini sesuka Anda. Cantumkan sumber apabila Anda mengutip dan mengirimkan ke pihak lain. Kisah-kisah yang dituliskan dalam lighbreakfast diilhami oleh penggalan kisah nyata sehari-hari, dengan penyesuaian seperlunya. Kadang nama tempat atau nama orang ditulis apa adanya, tetapi dalam banyak hal, untuk kepentingan privacy, nama tempat atau nama orang tidak disebutkan secara gamblang. Nama samaran banyak dipakai demi enaknya cerita. Mohon maaf untuk kesamaan tokoh, tempat dan cerita yang mungkin terjadi.