Google Groups Untuk berlangganan 'lightbreakfast', silahkan masukkan alamat email Anda dan klik tombol 'Berlangganan' sekarang!
Email:
Browse Archives at groups.google.com

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tanggungjawab (2)

"Dua jalan untuk menjadi manusia yang bertanggungjawab: membiasakannya sejak kecil atau menunggu sampai keadaan memaksanya."

"Adek maem ya?"
"Nggak mau!"
"Kakak juga makan nih, disuapin ya?"
"Nggak mau!"
"Nanti waktunya habis lho."
"Ntar ah!"
"Mbak bilangin ibu kalau Adek nggak mau makan!"
Mendengar kata-kata sakti sang Kakak ini, si Adik yang semula tak bergeming mulai beringsut untuk membuka mulutnya dan menerima suapan dari sang Kakak. Satu dan dua suapan berhasil masuk, tetapi pada suapan ketiga si Adik mulai bertingkah kembali.
"Cukup ah!"
"Lho, baru dua suap ... empat suap lagi deh!"
Seterusnya kakak beradik itu makan bersama dari satu tempat bekal yang sama. Bergantian sang kakak menyuapkan nasi dan potongan sosis goreng diujungnya untuk dirinya sendiri, kemudian ia juga menyuapi adik laki-lakinya yang duduk persis disebelahnya.

Sampai di sini barangkali kita tidak merasakan sesuatu yang istimewa dari apa yang dilakukan dua anak itu. Tetapi bila Anda tahu bahwa adegan itu dilakukan oleh kakak beradik yang masih berusia 7 dan 5 tahun, dengan seragam dan tas sekolah lengkap, serta dilakukannya di atas Mikrolet, Anda pasti akan berpikir lain.

Kedua anak itu naik sebuah Mikrolet trayek Lebak Bulus - Kebayoran Lama dari Pondok Pinang di suatu pagi antara pukul 5:45 sampai 6:30 an WIB. Seperti biasa mereka berangkat ke sekolah di daerah Bungur, Kebayoran Lama bersama-sama tanpa diantar atau dijemput orangtuanya. Menilik seragam sekolah dan topi yang mereka kenakan, si kakak perempuan kira-kira kelas dua SD dan adik laki-lakinya masih di Taman Kanak-kanak.

Luar biasa. Sebagian penumpang yang mayoritas ibu-ibu seolah menahan napas haru, ketika harus melihat adegan kedua anak ini di sepanjang perjalanan. Sang Kakak begitu telatennya menyuapi si Adik dan sang Adik pun, meski kelihatan tidak selera makan tetapi menuruti perkataan sang Kakak. Apakah mereka masih punya orangtua? Lalu kenapa mereka membiarkan anak-anak sekecil ini berangkat sekolah dan pulang dengan kendaraan umum sendirian?

Seorang ibu yang duduk di seberang mereka mengajak mereka bercakap. Rupanya memang kedua anak itu terbiasa berangkat dan pulang sekolah bersama-sama tanpa diantar orangtuanya. Bahkan sang Kakak juga harus bertanggungjawab untuk memastikan si Adik juga sarapan pagi dengan baik. Dan tanggungjawab itu pun harus dilakukanya di atas Mikrolet! Sesuatu yang mungkin sulit dilakukan oleh seorang ibu sekalipun. Sayangnya, pertanyaan-pertanyaan belum terjawab ketika dua anak itu harus turun di sekolah mereka daerah sekitar Jalan Bungur, Kebayoran Lama.

Saya lalu teringat akan cerita anak saya tentang kekonyolan salah seorang teman sekelasnya (kelas 2 Sekolah Dasar) yang terpaksa harus "pup" di sekolah, berteriak-teriak sedemikian rupa memanggil "Mbak"-nya karena tidak bisa --maaf-- cebok sendiri. Juga beberapa temannya yang kalau makan siang masih disuapi oleh "Mbak"-nya masing-masing. Padahal, usia mereka nyaris sama dengan si Kakak dalam Mikrolet di atas. Sedemikian kontras.

Betapa pun kita tidak bisa membandingkan begitu saja teman-teman anak saya ini dengan dua anak penumpang Mikrolet di atas --karena memang hidup dan kehidupan yang mereka jalani berbeda-- tetapi jelas ada sesuatu yang sangat mendasar dan universal harus kita pahami di sini. Bahwa bagaimana pun seorang anak harus belajar melakukan tanggungjawabnya sejak kecil. Bukan berarti membebani dengan pekerjaan dan tugas yang sebenarnya menjadi porsi orangtua seperti apa yang dilakukan Si Kakak dalm Mikrolet di atas, tetapi cukup berlatih untuk bertanggungjawab dengan kebutuhan dan kehidupannya kebutuhan mereka sendiri. Bukankah sangat tidak wajar, anak usia 7 tahun masih harus dibantu --maaf-- cebok atau disuapi ketika makan?

Ada dua jalan bagaimana kita bisa menjadi menjadi manusia yang bertanggungjawab. Pertama, membiasakannya sejak kecil; atau kedua, situasi dan keadaaan yang memaksa kita melakukannya.

Selamat pagi dan selamat bekerja n

Tulisan terbaru lightbreakfast juga bisa Anda dapatkan melalui layanan email langsung dengan cara subscribe melalui panel Google Group yang tersedia di bagian bawah halaman ini.
© 2006, 2007 Setya Rahadi. Lightbreakfast, adalah catatan perenungan pribadi dengan pesan-pesan singkat, universal dan konstruktif untuk teman minum kopi di pagi hari. Layaknya fast-food, silahkan menyantapnya di tempat atau mengunduh - take away isi blog ini sesuka Anda. Cantumkan sumber apabila Anda mengutip dan mengirimkan ke pihak lain. Kisah-kisah yang dituliskan dalam lighbreakfast diilhami oleh penggalan kisah nyata sehari-hari, dengan penyesuaian seperlunya. Kadang nama tempat atau nama orang ditulis apa adanya, tetapi dalam banyak hal, untuk kepentingan privacy, nama tempat atau nama orang tidak disebutkan secara gamblang. Nama samaran banyak dipakai demi enaknya cerita. Mohon maaf untuk kesamaan tokoh, tempat dan cerita yang mungkin terjadi.