Sampai hari ini, "sundulan maut" Zidane yang menyebabkan Kapten kesebelasan Prancis itu dikeluarkan dari arena pertandingan final Prancis-Italia , 10 July 2006 lalu, masih menyisakan banyak cerita. Penyesalan banyak datang dari pendukung Prancis karena dengan 10 pemain tanpa Kapten di sisa pertandingan, tentu akan menjadi teror mental tersendiri. Bahkan ketika pertandingan harus diakhiri dengan adu pinalti, Zidane yang juga merupakan tim algojo Prancis tak ikut menendang bola, kekosongan itu dirasakan tim Prancis. Kekalahan pun tak terhindarkan.
Banyak orang menduga bahwa sebelum terjadi "sundulan maut" itu pastilah Materazzi melontarkan kata-kata yang sangat menyinggung Zidane. Masuk di akal karena Italia tentu mempunyai kepentingan untuk melakukan serangan psikologis terhadap para pemain Prancis yang terlihat lebih sering melakukan tekanan ke kubu Italia. Berita yang dirilis beberapa media menyebutkan bahwa SOS-Racism, sebuah lembaga advokasi anti-rasis yang berkedudukan di Prancis telah mengeluarkan pernyataan hari Senin, bahwa "sumber yang bisa dipercaya dari kalangan dunia sepakbola" mengungkapkan bahwa Materazzi memprovokasi Zidane dengan kata-kata "dirty teroris". Menyebabkan Zidane yang keturunan Algeria ini tidak bisa lagi mengontrol emosinya. Statemen ini dibantah oleh Materazzi, tetapi tetap diinvestigasi secara serius oleh FIFA.
Insiden "sundulan maut" menyadarkan kita bahwa Zidane yang selama ini banyak dipuja sebagai superstar --dan diramalkan bakal menutup akhir karirnya dengan membawa tim Prancis merebut Piala Dunia-- adalah manusia biasa yang juga mempunyai banyak kelemahan. Segala keberadaannya tak lepas dari latar belakang kehidupan masa lalunya. Seperti riwayat banyak superstar --sebutlah Mike Tyson-- yang berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keras, Zidane dibesarkan daerah keras dan miskin para imigran di Marseille. Zidane adalah potret pria sukses yang tidak bisa keluar (dan menjadi korban) dari mentalitas agresif "kamu atau saya". Dan kalau itu benar, maka seolah ini kembali menegaskan teori-teori psikologis yang diakui selam ini, bahwa bagaimana seorang anak dibesarkan akan sangat berpengaruh pada pembentukan karakter dan perilaku selanjutnya. Kata-kata Thierry Henry, striker Prancis yang saya kutip di atas ada benarnya. Bahwa kita bisa (dengan mudah) memisahkan seseorang dari lingkungan buruknya, tetapi sulit untuk mencabut kembali pengaruh buruk yang sudah merasuk dalam jiwanya. Tugas kita sebagai orangtua untuk memastikan bahwa anak-anak kita (nantinya) tidak terjerumus kepada pengaruh-pengaruh buruk di masa kecilnya.
Selamat pagi dan selamat bekerja n