Google Groups Untuk berlangganan 'lightbreakfast', silahkan masukkan alamat email Anda dan klik tombol 'Berlangganan' sekarang!
Email:
Browse Archives at groups.google.com

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kakek

"Kita memang tidak bisa memilih dari orangtua mana kita dilahirkan, tetapi bagaimana kita bersikap terhadap mereka sepenuhnya merupakan pilihan kita."

Kalau Anda melewati jalan Kartika Utama, Pondok Indah, di pagi hari, Anda akan menjumpai seorang kakek yang menjajakan papan cuci kayu di pinggir jalan, di antara rumah-rumah mewah di sana. Saya tertarik untuk selalu memperhatikannya karena hampir setiap hari ketika saya melewati jalan itu, ia terlihat setia menunggu pembeli. Pertanyaan yang selalu muncul dalam benak saya adalah, apakah laku? Siapa yang membeli? Apakah apakah masih ada rumah tangga --di sekitar Pondok Indah-- yang memerlukan papan cuci? Kalau pun masih, bukankah papan cuci plastik yang lebih bersih dan awet menjadi pilihan yang paling logis? Lalu, berapa nilai uang yang dihasilkan si Kakek ini? Sebandingkah dengan bahan dan kerja keras yang dilakukan untuk membuat papan-papan cuci kayu itu? Kenapa dalam usianya yang sudah senja si Kakek ini tetap bekerja dan berjualan? Di manakah keluarganya, adakah isteri dan anak-cucunya? Apakah semua yang ia lakukan memang hanya untuk mengisi hari-hari tuanya, supaya tetap ada kegiatan? dan seterusnya, dan seterusnya. Pertanyaan muncul silih berganti.

Sampai pada suatu pagi, ketika saya melewati tempat si Kakek berjualan, saya melihat ada sedikit perubahan. Nggak tahu kenapa, pagi itu si Kakek kelihatan lebih rapuh dan tidak seceria hari-hari sebelumnya. Ia terlihat kebingungan berdiri sendirian sambil memegangi pikulan kayunya. Karena lalu lintas ramai sekali, saya hanya bisa memperhatikan sekilas, dan terus berlalu mengejar waktu. Ada apakah gerangan?

Hari berikutnya saya kembali melewati jalan itu dan secara otomatis saya berusaha mencari tahu keadaan si Kakek. Di depan mobil saya ada sebuah sedan Toyota Altis yang berjalan agak pelan. Saya berusaha menyalib sedan itu, dengan harapan, pandangan saya tidak terhalang oleh kendaraan lain ketika sampai di lokasi si Kakek biasa berjualan. Agak sulit, karena sedan Altis itu agak tanggung posisinya. Baru setelah saya klakson beberapa kali, sedan itu meminggirkan posisinya ke kiri, sehingga saya bisa mendahuluinya dengan leluasa. Ketika saya lihat kesamping, oh, pantas! rupanya si pengemudi sedan itu mengemudikan kendaraannya sambil makan pagi! Hal yang biasa dilakukan para commuter, termasuk saya ketika berangkat kerja. Saya hanya bisa tersenyum kecut. "Yah, sesama bis kota nih orang!" kata saya dalam hati.
Tetapi senyum saya berangsur terhenti ketika saya kemudian mendekati lokasi si Kakek berjualan. Saya melihat pemandangan yang membuat saya trenyuh! Si Kakek penjual papan cuci itu sedang duduk di trotoar --lebih tepatnya rerumputan-- menghadap barang dagangannya, dan sedang disuapi oleh seorang wanita tua. Saya saya duga, wanita tua itu adalah istrinya yang sengaja menemaninya pagi itu!

Sambil tetap melaju mengemudikan kendaran, pikiran dan hati saya bergolak tidak keruan. Bayangan piring putih dan sendok yang disodorkan si wanita tua itu, serta adegan bagaimana si Kakek membuka mulutnya menerima suapan, terus menurus terbayang, bak keping DVD yang diputar berulang-ulang. Kontras sekali gaya sarapan pagi pengemudi Toyota Altis yang saya lihat sebelumnya. Perasaan saya campur aduk antara trenyuh, berbaur dengan rasa haru atas kemesraan mereka, tapi tetap penuh dengan tanda tanya besar akan beberapa hal yang selama ini belum terjawab. Siapa sebenarnya si Kakek itu? Apakah dia tidak sehat sehingga harus ditemani dan disuapi sang isteri? Kalau ya, kenapa dia tetap bersikeras untuk menjajakan papan cuci kayunya?

Sampai saya menuliskan "lightbreakfast" ini pikiran saya tetap penuh dengan tanda tanya besar. Dan pagi hari kemarin ketika saya melewati Pondok Indah itu kembali, saya tidak melihat mereka. Entah apa yang telah terjadi. Tetapi rangkaian pemandangan yang saya alami beberapa hari ini telah menyadarkan saya kembali akan perjuangan kedua orangtua saya (sekarang seusia dengan si Kakek dan isterinya) dalam membesarkan, membimbing dan mengarahkan saya hingga Tuhan mengijinkan saya menjalani kehidupan saya sekarang ini. Kita memang tidak bisa memilih dari orangtua mana kita dilahirkan, tetapi begaimana kita bersikap terhadap mereka sepenuhnya menjadi pilihan kita. Maka sesibuk dan sejauh apa pun tempat tinggal kita, sempatkanlah untuk tetap menghubungi orangtua kita di rumah. Sekedar sapaan, "Apa kabar Pak, sehat?" akan membuat hari-hari yang mereka lalui berbeda.

Apabila Anda kebetulan membaca "lightbreakfast" ini dan mengenal si Kakek yang saya ceritakan ini atau pernah membeli barang dagangannya, sampaikan salam saya. Siapa pun si Kakek, ia telah memberikanku pemahaman baru tentang orangtua saya.

Selamat pagi dan selamat bekerja n

Manipulasi

"Tidak batas untuk cita-cita, harapan dan keinginan. Satu-satunya batas adalah ketika Anda sudah kehilanngan realitas karenanya."

Dalam sebuah seminar karir yang diselenggarakan mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Semarang, salah satu pembicara yang diundang mengatakan bahwa untuk berhasil dalam melamar pekerjaan, "Pencari kerja harus pintar-pintar memanipulasi resume atau cv!" Pernyataan ini dengan polos ditanggapi dengan sikap tanda tanya oleh sebagian peserta. Memanipulasi resume?

Dalam kesempatan seminar yang berbeda, penggunaan kata "manipulasi" juga sempat membuat peserta bingung. Seorang motivator yang berbicara seputar bagaimana menjadi pribadi efektif, menyarankan kepada para peserta untuk secara sistematis memanipulasi perilakunya. "Anda tidak akan menjadi pribadi yang sukses secara sosial apabila Anda malas memanipulasi kecenderungan dasar dari personality Anda!'

Kata "manipulasi" memang lebih banyak dihayati dan dimaknai sebagi sebuah tindakan negatif. Padahal, kata manipulasi yang berasal dari kata dalam bahasa Inggris, to manipulate berarti menggerakkan, memainkan, menggunakan, menyelewengkan, mendalangi. Yang dimaksud oleh kedua pembicara seminar tersebut di atas tentu bukan berarti manipulasi secara negatif. Memanupulasi resume berarti memberikan sentuhan-sentuhan tertentu kepada bentuk dan penyajian fakta tentang kita dalam resume yang kita buat. Bukankah setiap posisi atau pekerjaan membutuhkan kualifikasi yang berbeda? "Anda harus menyajikan fakta mengenai diri Anda sedemikian rupa, sehingga hal-hal yang menjadi requirement dari posisi yang Anda lamar, bisa ditonjolkan!" kata pembicara itu. Demikian juga yang dimaksud pembicara kedua tentang memanipulasi kecenderungan dasar, tak lebih merupakan ajakan untuk pandai-pandai membawakan diri dan menyesuaikan dengan lingkungan. Keterampilan ini memang sangat penting untuk menjadi pribadi yang efektif. Bukankah Anda tidak bisa serta merta ber ha-ha hi-hi di depan kerumunan orang yang baru Anda kenal, meskipun Anda termasuk orang yang mempunyai kecenderungan dasar extrovert?

Akan halnya, kamera yang diluncurkan oleh Hewlett-Packard Company di Amerika beberapa waktu lalu sempat membuat heboh dan mengusik ketenangan banyak orang. Kenapa? Perusahaan itu telah mengeluarkan seri kamera digital (HP Photosmart R967, http://www.hp.com/) dengan kemampuan built-in slimming. Dengan kamera itu Anda bisa membuat suami atau isteri Anda yang berbobot 80 kilogram menjadi pria atau wanita "baru" dengan bobot separohnya. Rupanya kamera itu telah dilengkapi dengan filter software sedemikian rupa sehingga bisa menghasilkan gambar seseorang dengan tubuh bongsor menjadi langsing bak peragawan dan peragawati! Sesuatu yang semula hanya bisa dilakukan dengan proses manipulasi di studio dengan photoshop atau software sejenisnya, sekarang langsung dilakukan di tempat dengan hanya membutuhkan satu tombol!

Gejala apa ini? Budaya manipulatif atau hanya sekedar guyon satire? Bisa jadi dua-duanya. Manusia memang cenderung manipulatif. Manipulasi positif seperti dua contoh di atas atau manipulasi negatif (dari soal nilai sampai manipulasi proyek) yang memang sudah menjadi bagian hidup kita sehari-hari. Bisa juga apa yang ditawarkan Hewlett-Packard itu kita tanggapi dan maknai sebagai sebuah sindiran getir terhadap kita semua umat manusia. Begitu terobsesi akan sesuatu yang ideal, wah, tetapi tidak bisa mencapainya. Yah, apa boleh buat kalau ada yang sebagian orang puas hanya dengan melihat foto diri yang super langsing, padahal aslinya sedemikian bongsor. Barangkali sebentar lagi ada software yang mampu memasukkan gambar kita ke dalam video sehingga seolah-olah kita menjadi tokoh Superman dan "memproduksinya" dalam sebuah keping DVD. Jika demikian, akan banyak orang yang kehilangan realitasnya.

Selamat pagi dan selamat bekerja n

(P)ujian

"Pujian perlu untuk membangun motivasi, tetapi pujian tidak mengajarkan sesuatu yang baru kepada kita."

Siapa yang tidak senang mendapatkan pujian atau penghargaan? Semua orang tentu suka dipuji atau merasa dihargai. Sekecil apa pun itu. Dalam teori psikologi positif, pujian dan penghargaan sangat diperlukan dalam membangun karakter positif seseorang dan lingkungannya. Pertama, pujian atau penghargaan akan sangat membantu dalam membangun kepercayaan diri seseorang. Jika Anda mempunyai anak kecil, cobalah biasakan untuk memberikan kata-kata positif berupa pujian atau sikap penghargaan terhadap suatu hal yang sudah mereka lakukan. Dorongan positif seperti itu akan memberikan penguatan serta pembentukan "pola permanen" dalam otak anak, sehingga kecenderungan positif akan muncul; yang seterusnya tentu akan membentuk perilaku positif anak pula. Bukankah lumba-lumba di Ancol yang begitu "cerdas" mengikuti perintah pelatih, sebenarnya merupakan hasil dari pembiasaan dalam memberikan penghargaan ini?

Kedua, pujian dan penghargaan yang Anda berikan kepada orang lain secara spontan dan "genuine" akan memberikan aura positif bagi lingkungan Anda. Kata-kata "Bagus!", "Wow, terimakasih!" akan sangat berarti bagi anak buah dan seluruh tim kerja Anda. Saya menyadari bahwa dalam kultur budaya kita, pemberian apresiasi ini masih "malu-malu" dilakukan. Berbeda misalnya bila Anda lihat dari teman-teman kita dari budaya barat umumnya, mereka lebih ekspresif dalammemberikan appresiasi. Misalnya lontaran kata-kata "Awesome!", "Perfect!", "Wonderful!", "Good job!" sering kita dengar.

Tetapi Anda juga perlu hati-hati dalam memaknai sebuah pujian. Dalam kata "pujian" terdapat kata "ujian" (dengan menghilangkan huruf "P" di depan). Artinya, bagi seseorang pujian justru bisa menjadi sebuah ujian baginya. Bagi yang secara mental tidak siap, pujian yang berlebih akan justru menenggelamkannya ke dalam bayang-bayang kesuksesan semu. Karena sesungguhnya, pujian yang kita terima adalah untuk sesuatu hal yang sudah terjadi di waktu yang sudah lewat. Ia tidak mengajarkan sesuatu yang baru untuk kita. Bukankah "past successes do not guarantee future successes"?

Oleh sebab itu, berhentilah menikmati pujian, jika pujian itu justru akan menenggelamkan Anda ke sukses masa lalu. Selain pujian, ada baiknya kita juga menerima (dan memberi) menerima kritik serta saran yang justru akan membangun kita, mendorong kita untuk belajar sesuatu yang baru. Jadi jangan takut menerima kritik. Itu adalah hadiah terbaik untuk perkembangan diri kita, selain pujian sewajarnya yang kita terima.

Selamat pagi dan selamat bekerja n

Zidane(2)

"You can take the man out of the rough neighborhood, but you can not take the rough neighborhood from the man." - Thierry Henry

Sampai hari ini, "sundulan maut" Zidane yang menyebabkan Kapten kesebelasan Prancis itu dikeluarkan dari arena pertandingan final Prancis-Italia , 10 July 2006 lalu, masih menyisakan banyak cerita. Penyesalan banyak datang dari pendukung Prancis karena dengan 10 pemain tanpa Kapten di sisa pertandingan, tentu akan menjadi teror mental tersendiri. Bahkan ketika pertandingan harus diakhiri dengan adu pinalti, Zidane yang juga merupakan tim algojo Prancis tak ikut menendang bola, kekosongan itu dirasakan tim Prancis. Kekalahan pun tak terhindarkan.

Banyak orang menduga bahwa sebelum terjadi "sundulan maut" itu pastilah Materazzi melontarkan kata-kata yang sangat menyinggung Zidane. Masuk di akal karena Italia tentu mempunyai kepentingan untuk melakukan serangan psikologis terhadap para pemain Prancis yang terlihat lebih sering melakukan tekanan ke kubu Italia. Berita yang dirilis beberapa media menyebutkan bahwa SOS-Racism, sebuah lembaga advokasi anti-rasis yang berkedudukan di Prancis telah mengeluarkan pernyataan hari Senin, bahwa "sumber yang bisa dipercaya dari kalangan dunia sepakbola" mengungkapkan bahwa Materazzi memprovokasi Zidane dengan kata-kata "dirty teroris". Menyebabkan Zidane yang keturunan Algeria ini tidak bisa lagi mengontrol emosinya. Statemen ini dibantah oleh Materazzi, tetapi tetap diinvestigasi secara serius oleh FIFA.

Insiden "sundulan maut" menyadarkan kita bahwa Zidane yang selama ini banyak dipuja sebagai superstar --dan diramalkan bakal menutup akhir karirnya dengan membawa tim Prancis merebut Piala Dunia-- adalah manusia biasa yang juga mempunyai banyak kelemahan. Segala keberadaannya tak lepas dari latar belakang kehidupan masa lalunya. Seperti riwayat banyak superstar --sebutlah Mike Tyson-- yang berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keras, Zidane dibesarkan daerah keras dan miskin para imigran di Marseille. Zidane adalah potret pria sukses yang tidak bisa keluar (dan menjadi korban) dari mentalitas agresif "kamu atau saya". Dan kalau itu benar, maka seolah ini kembali menegaskan teori-teori psikologis yang diakui selam ini, bahwa bagaimana seorang anak dibesarkan akan sangat berpengaruh pada pembentukan karakter dan perilaku selanjutnya. Kata-kata Thierry Henry, striker Prancis yang saya kutip di atas ada benarnya. Bahwa kita bisa (dengan mudah) memisahkan seseorang dari lingkungan buruknya, tetapi sulit untuk mencabut kembali pengaruh buruk yang sudah merasuk dalam jiwanya. Tugas kita sebagai orangtua untuk memastikan bahwa anak-anak kita (nantinya) tidak terjerumus kepada pengaruh-pengaruh buruk di masa kecilnya.

Selamat pagi dan selamat bekerja n

Zidane(1)

"Anda barangkali tidak punya banyak pilihan untuk memulai sesuatu, tetapi bagaimana Anda menyelesaikannya, sepenuhnya menjadi pilihan Anda."

Partai final sepakbola piala dunia antara Prancis dan Italia yang disiarkan SCTV Senin subuh, 10 July 2006 menyisakan cerita tragis bagi Zinedine Zidane, kapten kesebelasan Prancis yang kabarnya segera mundur dari arena selepas piala dunia ini. Penyesalan yang mendalam barangkali ia rasakan karena justru pertandingan yang ia harapkan menjadi kenangan terakhir yang manis harus berujung kepada pengusirannya dirinya dari lapangan sebelum pertandingan benar-benar selesai. Ia mendapatkan kartu merah setelah gagal mengendalikan emosinya, dengan sengaja "menyundul" dada pemain Italia Materazzi.

Menyaksikan adegan "sundulan maut" di layar kaca, memang tak terduga. Begitu cepat, dan dalam sekejap telah membuat jutaan pasang mata penggemar dan simpatisan di seluruh dunia menyesalkannya. Bahkan Zidane sendiri barangkali tidak menyadari apa yang terjadi. Yang ia rasakan kemudian adalah penyesalan yang mendalam, bahwa kelakuannya itu telah mengakibatkan ia diberi kartu merah, dan mengakhiri karir cemerlangnya dengan cara tidak terhormat, yang tidak ia harapkan sama sekali!

Perjalanan hidup dan karir kita ibarat sebuah buku putih yang dengan bebas kita bisa menuliskan jalinan cerita di dalamnya. Apa yang Anda lakukan sehari-hari, apa yang Anda capai dalam hidup, bagaimana perjalanan karir Anda, akan tertulis secara otomatis dalam buku putih itu! Celakanya, tidak seperti tulisan pensil, Anda tidak bisa menghapus begitu saja apa yang sudah tertulis di dalamnya. Seorang Zidane pun tidak bisa menghapus "cerita" yang sudah "ditulisnya" di buku putih itu begitu saja. Bahkan dengan lautan air mata penyesalan pun, apa yang sudah dilakukannya di pentas final piala dunia itu tidak mungkin akan hilang.

Oleh sebab itu, menjadi sangat penting bagi kita semua untuk selalu berpikir dua-tiga kali untuk hal-hal yang akan kita lakukan. Anda mungkin tidak punya banyak pilihan ketika harus memulai "cerita" dalam "buku putih" Anda. Persis seperti Anda tidak bisa memilih bagaimana dan oleh siapa Anda dilahirkan di dunia ini. Tetapi Anda mempunyai hak dan kontrol penuh bagaimana Anda mengisi hari-hari Anda, bagaimana Anda "menulis" cerita dalam "buku putih" pribadi Anda. Jangan sampai Anda mengakhiri hidup dan karir Anda dengan "ending cerita" yang tragis seperti apa yang dialami Zidane.

Selamat pagi dan selamat bekerja n

Ruwet

"Tidak ada persoalan yang tidak bisa dipecahkan. Keruwetan masalah lebih banyak diakibatkan oleh kerumitan pikiran kita sendiri."

Ada sebuah cerita --barangkali lebih tepat anekdot-- yang singgah ke mailbox saya beberapa tahun lalu. Cerita ini menjadi salah satu cerita kesukaan saya. Tentang bagaimana sekelompok ahli sebuah lembaga internasional terkecoh dengan kerumitan pemikiran mereka sendiri.

Alkisah, dalam rangka program pengiriman pesawat berawak ke antariksa, NASA melakukan berbagai macam persiapan. Salah satu problem yang segera harus dipecahkan adalah alat tulis yang akan digunakan para astronaut di luar angkasa. Ballpoint biasa yang ada sekarang ini tidak akan bisa digunakan dalam kondisi gravitasi nol. Proyek besar untuk menciptakan dilakukan dan NASA bekerja sama dengan Andersen Consulting untuk melakukan riset. Mereka menghabiskan dana sebesar 12 juta dollar untuk menciptakan sebuah pen yang akan bekerja dengan baik dalam kondisi gravitasi nol, dalam kondisi terbalik, bisa tetap menulis dalam air dan tahan terhadap suhu yang ekstrem, baik dalam suhu beku maupun panas 300 derajat celsius!

Akan halnya dengan Rusia yang juga mempunyai program serupa, mereka tidak "seheboh" NASA. Mereka cukup membekali para astronaut mereka dengan pencil! Karena pencil akan tetap berfungsi sebagai alat tulis yang baik dalam berbagai kondisi yang diprediksikan di luar angkasa. Termasuk dalam keadaan gravitasi nol dan suhu yang ekstrem! Betapa murahnya dibandingkan riset seharga 12 juta dollar yang dilakukan NASA!

Kita bisa belajar dari cerita di atas. Pertama, ada kecenderungan manusia modern berpikir terlalu kompleks sehingga melupakan hal-hal sederhana yang sebenarnya bisa dilakukan; kedua, cerita juga di atas menunjukkan bagaimana bahayanya kalau orang terjebak ke pola pikir "problem oriented" bukan "solution oriented". Pola pikir "problem oriented" akan menyeret kita ke dalam permasalahan secara detil dan melupakan fokus kepada bagaimana memecahkan persoalan itu sendiri. Jangan pernah mau terseret dan hanyut ke dalam persoalan, tetapi hadapi persoalan yang ada dengan tetap fokus kepada bagaimana menyelesaikannya.

Selamat pagi dan selamat bekerja n

Bola

"Anda bukan lah sebuah bola dalam sebuah pertandingan sepakbola, yang menggelinding kesana-kemari tanpa tujuan, bergerak hanya jika ditendang, disoraki dan menjadi bulan-bulanan seumur hidup."

Subuh pagi ini saya terbangun oleh suara kehebohan anak perempuan saya. Dia berjingkrak-jingkrak kegirangan setelah Italia berhasil mencetak 2 gol dramatis ke gawang "panser" Jerman hanya di dua menit terakhir perpanjangan waktu.

Sejak kejuaraan dunia sepakbola diselenggarakan, anak perempuan saya yang berusia 7 tahun ini, mendadak menjadi seorang "pengamat cilik" sepakbola. Dia selalu mengikuti ulasan pertandingan baik di televisi maupun di koran dan majalah, termasuk halaman khusus harian Kompas. Hal yang tidak pernah saya lakukan. Saya lebih sering menjadi pendengar yang baik ketika anak saya mulai membuat analisa-analisa kekuatan dan kelemahan tim yang dijagokannya di piala dunia. Ia begitu fasih dan hapal hampir semua nama serta background para pemain.

Saya memang tidak mempunyai minat khusus terhadap jenis olahraga satu ini, meskipun saya juga senang dan sering menonton pertandingan bola piala dunia di televisi. Secara emosional saya tidak larut dalam gegap gempita piala dunia seperti sebagian masyarakat di Bali yang bahkan sampai memasang bendera kesebelasan favorit masing-masing di rumahnya. Atau sengaja nongkrongin pertandingan yang disiarkan dini hari seperti yang dilakukan anak perempuan saya.

Dalam banyak hal, saya malah memikirkan hal lain ketika menonton sebuah pertandingan bola. Misalnya, saya pernah diprotes anak dan isteri saya ketika saya sambil bercanda berkomentar, "Aneh ya, bola bundar kecil begitu kok dikejar-kejar, kayak kurang kerjaan ... Mereka yang pada nonton di stadion, ngapain juga pada rela berjubel dan bayar mahal lagi!" Saya juga pernah berpikir betapa malangnya menjadi "manusia bola" --bukan manusia penggemar sepakbola maksudnya, tetapi seandanya bola itu manusia-- yang ditendang-tendang oleh para pemain. Ia pasti menjadi manusia pasif, tanpa prinsip, rela ditendang kesana-kemari dan bahkan menjadi bulan-bulanan selama hidupnya.

Oleh sebab itu, menjadi penggemar sepakbola sah-sah saja. Tetapi awas, jangan sampai Anda menjadi "manusia bola" yaitu manusia yang tak pernah punyai inisiatif di mana hanya bergerak kalau dilempar dan ditendang. Arah dan tujuannya pun selalu tergantung kemana para pemain yang menendanginya. Menggelinding kesana-kemari, menjadi bulan-bulanan, ditepuki dan disoraki. "Nasib" Anda bukan orang lain yang menentukan, tetapi Anda sendiri. "Control your destiny or somebody else will." kata Jack Welch.

Selamat pagi dan selamat bekerja n

© 2006, Setya Rahadi
http://www.lightbreakfast.com
http://www.lightbreakfast.blogspot.com


Berfungsi

"Semua manusia sama. Yang membedakan adalah pilihan-pilihannya."

KalauAnda melewati rumah-rumah besar di bilangan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Anda akan menjumpai rumah-rumah besar yang sehari-hari daun jendela maupun pintunya tertutup rapat. Seperti anak semata wayang saya, Anda pun pasti bertanya-tanya, "Kenapa sih selalu tertutup rapat-rapat?". Jawabannya ada berbagai macam kemungkinan: bisa karena si empunya rumah jarang berada di rumah, atau sengaja ditutup karena ruangan ber-AC, atau barangkali ditutup untuk mencegah debu masuk.

Seandainya saya adalah engsel daun jendela dan pintu-pintu rumah di Pondok Indah itu, maka saya akan sangat sedih karena nyaris saya tidak pernah berfungsi. Bukankah engsel hanya akan berguna kalau daun pintu dan jendela itu dibuka-tutup? Dengan dibiarkannya jendela dan pintu itu tertutup, maka saya akan menjadi pengangguran! Padahal, sewaktu pemilik membangun rumah itu, pastilah engsel pintu dan jendelanya sengaja dipilih yang terbaik dan mahal tentu saja. Saya barangkali akan "cemburu" dengan engsel-engsel di rumah orang "biasa" karena akan lebih sering dibuka dan ditutup. Orang "biasa" tidak pakai AC dan tidak takut debu, sehingga mereka biasa membuka menutup jendela dan pintu.

Dalam banyak hal, kita mungkin "bernasib" sama seperti engsel jendela dan pintu orang kaya di Pondok Indah itu. Kita kadang terpaksa tidak bisa berfungsi sebagaimana seharusnya kita. Entah itu di pekerjaan atau di lingkungan sosial lainnya. Capacity kita tidak termanfaatkan maksimal karena keadaan yang diciptakan oleh "orang kaya" dengan "menutup" jendela dan pintu-nya rapat-rapat.

Tetapi yang membedakan kita dengan engsel-engsel itu adalah bahwa engsel akan tetap dengan keadaannya, sedangkan kita diberi kemampuan untuk memilih. Memillih untuk melakukan sesuatu atau diam. Karena diam pun merupakan sebuah pilihan. Gunakan "hak pilih" kita, kalau tidak ingin nganggur seperti sebuah "engsel jendela" rumah "orang kaya".Selamat pagi dan selamat bekerja n

© 2006, Setya Rahadi

http://www.lightbreakfast.com
http://www.lightbreakfast.blogspot.com

Membaca

"Membaca tidak sekedar melihat. Sahabat yang baik akan lebih banyak 'membaca' hati kita dari pada sekedar 'melihat' keadaan kita."

Seorang anak kecil yang sedang belajar membaca, bertanya kepada ayahnya yang sedang mengemudikan mobil, "Kenapa sih mobil di depan ada tulisan BELAJAR?"
"Oh, itu berarti mobil khusus untuk belajar stir, Nak. Om yang nyopir mobil itu sedang belajar setir mobil."
"Lalu kenapa truk yang di sebelahnya ada tulisan AWAS REM MENDADAK?"
"Maksudnya, itu untuk peringatan mobil di belakanya, bahwa sewaktu-waktu sopirnya bisa menginjak rem dan berhenti mendadak. Supaya tidak tabrakan!"
"Oh, maksudnya supaya kendaraan yang lain hati-hati?"
"Iya nak, benar sekali."
"Kan udah ada lampu rem yang menyala, atau lampu kedip-kedip kalau mau belok?"
"Benar, tetapi pemilik mobil di depan mungkin merasa belum cukup untuk hanya sekedar memberitahu kendaraan dibelakangnya dengan lampu rem atau lampu sein! Mereka memasang tulisan di belakang agar kendaraan lain waspada. Orang perlu membaca dari pada sekedar melihat tanda."

Benar, seperti kata si Ayah di atas. Seperti komunikasi di jalan raya, semua orang sebenarnya dikaruniai kemampuan untuk "melihat" tanda-tanda tetapi jarang yang mampu untuk "membaca" tanda-tanda itu. Ketika orang terdiam, kita hanya melihat dia sedang bad-mood, dan tidak berusaha "membaca" apa yang terjadi dengan dirinya. Ketika orang marah-marah, kita hanya melihat kemarahannya saja, dan tidak pernah "membaca" dengan sungguh-sungguh ada apa di balik kemarahannya. Kita cenderung melihat hanya "lampu rem" dan "lampu sein", tanpa pernah tahu maksud sesungguhnya kenapa mereka menginjak rem atau menyalakan lampu sein.

Menjadi sahabat yang baik tidak hanya "melihat" keadaannya, tetapi juga bisa "membaca" apa yang sedang terjadi di dalam hati, memahaminya serta ikut merasakannya. Kita semua adalah anak kecil di atas yang sesungguhnya sedang belajar "membaca", sedang belajar ber-empathy.

Selamat pagi dan selamat bekerja n

© 2006, Setya Rahadi

http://www.lightbreakfast.com
http://www.lightbreakfast.blogspot.com

Tulisan terbaru lightbreakfast juga bisa Anda dapatkan melalui layanan email langsung dengan cara subscribe melalui panel Google Group yang tersedia di bagian bawah halaman ini.
© 2006, 2007 Setya Rahadi. Lightbreakfast, adalah catatan perenungan pribadi dengan pesan-pesan singkat, universal dan konstruktif untuk teman minum kopi di pagi hari. Layaknya fast-food, silahkan menyantapnya di tempat atau mengunduh - take away isi blog ini sesuka Anda. Cantumkan sumber apabila Anda mengutip dan mengirimkan ke pihak lain. Kisah-kisah yang dituliskan dalam lighbreakfast diilhami oleh penggalan kisah nyata sehari-hari, dengan penyesuaian seperlunya. Kadang nama tempat atau nama orang ditulis apa adanya, tetapi dalam banyak hal, untuk kepentingan privacy, nama tempat atau nama orang tidak disebutkan secara gamblang. Nama samaran banyak dipakai demi enaknya cerita. Mohon maaf untuk kesamaan tokoh, tempat dan cerita yang mungkin terjadi.