Seorang ibu mengeluh karena anaknya yang baru kelas 3 SD bermental minimalis. "Itu anak emang! Nggak ngerti saya harus bagaimana ..." keluhnya kepada ibu yang lain.
"Kasih dong rewards kalau berprestasi." ibu yang lain menyahut.
"Kurang apa sih dia?! Mainan juga nggak kurang, jalan-jalan juga sering!"
"Kurang ajar sih enyak-nya ..." sahut ibu yang lain disambut tawa riuh.
Tidak hanya anak-anak, manusia dewasa pun banyak yang bersikap minimalis. Nyaris tidak ada gairah untuk mencapai sesuatu yang lebih. Boro-boro lebih, karena untuk mencapai hal yang sewajarnya saja nggak ada semangat. "Ngapain sih susah-susah, gini aja oke kok. Orang lain nanti yang malah yang dapet enaknya." begitu barangkali alasan meraka.
Padahal, kata Purnawan EA, seorang pembicara yang sudah puluhan tahun menggeluti bidang hypnotherapy dan mental game, sikap yang demikian itu justru akan berdampak negatif terhadap dirinnya sendiri. Bukan orang lain atau siapa pun yang berhubungan dengannya. Kita semua ini ibarat penari yang tampil di atas panggung dengan ribuan penonton. Menari dengan baik adalah sebuah keharusan, bukan sekedar pilihan. Karena kalau kita tampil jelek, maka yang akan mendapatkan cemoohan adalah kita sendiri, bukan panggungnya, bukan MC-nya.
Nah, betapa pun Anda merasa lelah, jenuh, memendam perasaan kecewa yang mendalam untuk "panggung" pekerjaan, role and responsibility yang Anda pegang saat ini, ingatlah bagaimana pun Anda sedang berada di atas panggung dengan ribuan penonton di depan mata. "Menarilah" dengan sebaik-baiknya.
Selamat pagi dan selamat bekerja n