Beberapa hari setelah pesawat Adam Air dinyatakan hilang dan simpang siur pemberitaan mengenai diketemukannya pesawat itu, beberapa SMS dengan isi hampir sama datang ke handphone saya. Beberapa diataranya berbunyi, "Cepetan nonton … (sebuah stasiun televisi), adam air sdh ditemukan: 88 org meninggal, 2 org kritis, 1 org kena tipu baca sms ini ;-)" .
Alamak! Tega-teganya membuat joke untuk sebuah peristiwa yang kita sama-sama tahu tidak layak tayang dijadikan guyonan. Terus terang saya berkeberatan dengan sms ini, meskipun saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia yang masih memiliki empati terhadap keluarga korban. Coba Anda bayangkan bagaimana apabila sms berantai ini tersebar dan isteri, suami atau pihak keluarga yang menjadi korban pesawat itu menerima pesan pendek ini. Oleh sebab itu saya menggunakan hak jawab saya dengan mengirimkan balasan ke si pengirim, memperingatkan untuk tidak melakukan itu.
Kita memang memahami budaya guyon, plesetan sudah menjadi bagian hidup dari sebuah komunitas sosial. Ia menjadi sebuah pelengkap interaksi, ia menjadi pencair ketegangan, bahkan joke (lawak) menjadi sebuah industri yang luar biasa menjanjikan. Jaman dulu ada Srimulat, sekarang ada Extravaganza dan bahkan acara talkshow pun tak lepas dari invasi guyon ini, tengoklah acara News.Com atau Empat Mata-nya Thukul Arwana yang konon kebanjiran iklan karena rating-nya melejit itu.
Tetapi, apakah atas nama guyon, atas nama canda, atas nama lelucon, kita bebas melakukan sesuatu? Kita seolah-olah punya "kekebalan diplomatik" untuk lelucon yang kita lakukan, berlindung di balik disclaimer, "Hanya bercanda kok!" , "Just kidding!" , "Tenang Men, serius amat!" dan seterusya. Dengan kata-kata sakti itu seolah candaan itu menjadi sah, tanpa menghiraukan perasaan korban atau bahkan "kerugian" lain yang diderita.
Segala sesuatu ada batasnya, dan yang harus membuat batas itu adalah kita sendiri! Kalau kita tidak membuat batas sendiri, pada suatu saat nanti Anda akan diberi "batas" oleh orang lain. Entah itu berupa teguran, atau Anda mengalami peristiwa tragis. Dari sebuah koran yang saya baca di pesawat, seorang pekerja imigran di Singapore dinyatakan bersalah dan masuk penjara karena telah menngakibatkan kematian rekannya. Kejadiannya sepele, mereka bercanda ketika berenang di pantai, ngerjain salah satu rekannya yang tidak bisa berenang sehingga harus berakhir dengan kematian si korban. Di Yogya beberapa tahun lalu juga terjadi peristiwa tragis ketika dengan bercanda seorang montir bengkel mengarahkan selang kompresor bertekanan tinggi ke pantat rekannya yang kebetulan celananya berlubang. Karena terkejut, si korban secara reflek berdiri mengakibatkan ujung selang terjepit di dubur dan angin bertekanan tinggi itu masuk ke usus. Ia meninggal seketika. Belum lama juga, di Bandara Singapura maskapai penerbangan SilkAir juga harus mengeluarkan seorang pria Australia dari pesawat (hanya) karena ia bercanda menyebutkan kata "bom" beberapa menit sebelum take-off ke Indonesia. "Where do you keep the bomb?" katanya kepada flight-attendant. Paulin nama pria itu kemudian didenda $6,420 sesuai peraturan anti-teroris internasional dalam penerbangan.
Joke membuat hidup ini segar, guyonan membuat hubungan kita cair, bercanda adalah variasi dalam melepas ketegangan. Bercandalah, tetapi Anda harus tahu batas-batasnya.
Selamat pagi dan selamat bekerja n