Seorang murid kelas 2 Sekolah Dasar, sebutlah Upik, protes kepada gurunya. Ia merasa telah menjawab pertanyaan ulangan matematika nomor 9 dengan benar, tetapi dianggap salah. Soal itu meminta siswa peserta ulangan untuk mengukur panjang dan lebar buku cetak pelajaran matematika masing-masing. Usut punya usut, penggaris yang digunakan untuk mengukur oleh Upik itu ternyata berbeda dengan apa yang dipakai gurunya. Ia menggunakan penggaris kertas bonus majalah anak-anak, dan Sang Guru menggunakan penggaris plastik yang biasa dijual di toko -toko stationary. Ternyata memang ada beberapa deviasi panjang antara kedua jenis penggaris tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita juga menggunakan "ukuran-ukuran" yang kita miliki untuk menilai orang lain. Kita cenderung melihat orang lain dengan persepsi ('kacamata') yang kita pakai. Seperti Upik dan gurunya yang mengukur benda yang sama dengan ukuran jenis penggaris yang berbeda, kita pun sering melakukannya dalam melihat dan kemudian menilai orang lain.
Jelas ukuran yang berbeda akan menghasilkan informasi yang berbeda pula. Oleh sebab itu, hati-hati dalam menilai orang. Terlebih apabila kita mempunyai 'penggaris' yang berbeda dengan yang umumnya dipakai sebagai standard. Bisa jadi penilaian Anda berdasarkan 'ukuran' yang Anda paka akan menjadi bumerang. Bukankah ada kata-kata bijak yang mengatakan bahwa ukuran yang kita pakai untuk mengukur akan dukurkan kepada kita juga?
Selamat pagi dan selamat bekerja n